Jumat, 04 November 2011

PEMERIKSAAN SITOLOGI



makalah
pemeriksaan sitologi


Oleh:
Ø  Ajeng Murtiana Sari       (A.102.06.003)
Ø  Emmi Febri                      (A.102.06.012)
Ø  Retno Palupi                    (A.102.06.024)           
Ø  Ristawati                          (A.102.06.026)
Ø  Wahyu Wulan W..           (A.102.06.030)


AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2011




Daftar isi

BAB I Pendahuluan……………......…………………………………………….3
BAB II Pembahasan   ……………..…………………………………………….4
A.    Pengertian ………..………………………………………………….5
B.     Bahan-bahan yang dapat diperiksa secara sitology....……………….7
C.     Persiapan preparat .....………………………………….…………....12
D.    Fiksasi untuk bahan pemeriksaan sitology.....………………………13
E.     Tahapan pengecatan...………………………………………………14
F.      Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan sitologi…..……23
G.    Teknik sitology tambahan..………………………………………....24
BAB III Penutup..........………………………………………………………....26
Daftar Pustaka...………………………………………………………………...27
           




BAB I
PENDAHULUAN

Diagnostik sitologi adalah ilmu penilaian (interpretasi) dari sel yang berasal tubuh manusia, baik yang berasal dari sel yang terlepas (exfoliated) dari permukaan epitel atau yang diambil dari beberapa tempat dengan cara tertentu.
Ilmu ini relatif masih baru dan banyak dipengaruhi oleh karya George N. Papaniculau yang dianggap sebagai bapak sitologi. Pada masa kini sitologi telah dipergunakan secara luas di negara-negara maju, sering kali dipergunakan untuk pemeriksaan masal (mass screning), terutama untuk diagnosa dini kanker mulut rahim. Pemeriksaan ini terkenal dengan nama pemeriksaan vaginal smear atau Pap test.

Sitologi mempunyai arti penting untuk :
1.      Diagnosa kelainan patologi tertentu dari organ tubuh, terutama keganasan, yang terpenting adalah diagnosa dini dari kanker, yang klinis tidak menimbulkan gejala.
2.      Pengaruh hormon ataupun kelainan hormonal dari genetalia wanita.
3.      Pemeriksaan sex chromatin.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel. Telah ditemukan bahwa pada pemeriksaan sitologi, sel yang diperiksa dapat berasal dari exfoliasi sel yang spontan sebagai hasil dari pertumbuhan yang terus-menerus sel permukaan, dimana sel-sel yang paling atas selalu terlepas untuk diganti dengan sel yang lebih muda. Exfoliasi sel yang terjadi spontan dapat kita temukan misalnya pada: urine, dahak, cairan ascites dan cairan vagina. Sel-sel tersebut akan mengalami degenerasi bila tidak segera difiksasi. Pada saat terlepas dari jaringan, sel-sel tesebut terlepas pula dari tekanan sekelilingnya, hingga akan mengambil bentuk tertentu yang khas, yang dapat sangat berbeda dari bentu semula sewaktu masih berada dalam jaringan.
1.      Kelebihan pemeriksaan sitologi
  • Mudah
  • Murah
  • Cepat
  • Sederhana
  • Pendarahan sedikit, bahkan tanpa rasa nyeri.
  • Dapat dilakukan pada beberapa pasien dalam waktu singkat.
  • Dapat dilakukan sebagai tindakan massal.
  • Untuk screening lesi yang derajat keganasannya tinggiàtidak menimbulkan stimulasi metastase.
  • Efektif untuk diagnosis tumor saluran pencernaan, paru, saluran air kemih, dan lambung.
  • Dapat memberikan hasil positif meskipun pada pemeriksaan langsung dan palpasi tidak menunjukkan kelainan. Karsinoma dapat terdiagnosis meskipun masih dalam stadium in situ.

2.  Kekurangan pemeriksaan sitologi
  • Diagnosa sitologi hanya berdasar perubahan sitoplasma dan inti sel
  • Perubahan yang terjadi harus dipastikan bukan akibat kesalahan teknis
  • Hanya dapat untuk mendeteksi lesi yang letaknya di permukaan mukosa mulut
  • Hanya untuk lesi yang yang tidak tertutup keratin tebal
  • Tidak efektif untuk digunakan pada lesi nonulseratif dan hiperkeratotik karena sel-sel abnormal masih tertutup oleh lapisan keratin
  • Hasil pemeriksaan sitologi yang mengindikasikan keganasan masih perlu dikonfirmasi dengan biopsi
  • Sering kali bahan yang terambil tidak representatif

            Diagnosa sitologi sering lebih sukar daripada diagnosa histologi, oleh karena diagnosa sitologik hanya berdasar pada keainan-kelainan dari sitoplasma dan inti dan perubahan-perubahan ini hanya akan berarti bila kelainan-kelainan tersebut dapat dipastikan tidak disebabkan oleh kesalahan teknis.
            Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan pada pemeriksaan sitologi perlu adnya kerja sama yang baik antara : pengirim bahan (dokter umum atau spesiali klinis dengan ahli sitologi).

Hal yang perlu diperhatikan oleh pengirim bahan adalah:
1.      Mendapatkan bahan yang representatif dari penderita dan difiksasi dengan baik.
2.      Penjelasan singkat tetapi jelas tentang keadaan penyakit penderita.
3.      Mengirimkan bahan secepatnya ke laboratorium sitologi.

Diagnosa sitologi baru dapat ditegakkan dengan baik apabila dibantu dengan data klinik yang lengkap. Untuk membuat diagnosa sitologi, diperlukan adanya team yang disebut : “The Diagnostic Team” yang terdiri dari :
1.      Penderita.
2.      Dokter (umum atau spesialis klinis).
3.      Sitotechnologist.
4.      Spesialis patologi.
5.      Spesialis sitopatologi.

Kadang-kadang pemeriksaan sitologi harus dilakukan di rumah sakit, berhubung perlu pengawasan penderita sebelum pemeriksaan dilakukan, misalnya pada pemeriksaan cairan lambung.
Langkah-langkah yang diambil dalam pemeriksaan sitologi :
1.      pengumpulan bahan yang representatif untuk pemeriksaan dikerjakan oleh dokter umum atau spesialis klinis.
2.      Pembuatan sediaan apus.
3.      Menentukan adanya sel-sel abnormal.
4.      Interpretasi ynag teliti.
5.      Penegasan (konfirmasi) dengan biopsi, disusul dengan pengobatan.

B. Bahan –bahan yang dapat diperiksa secara sitologi :
1.      Vaginal smear/ Pap test / Cervical smear
Untuk menentukan adanya :
·         Peradangan dan penyebabnya
·         Perubahan praganas
·         Perubahan keganasan
·         Status hormonal
2.      Sputum atau dahak, untuk menentukan keganasan serta jenis peradangan.
3.      Bronchial washing dan brushing :
·         Untuk menentukan keganasan
·         Untuk menentukan peradangan
4.      Urine, untuk menentukan adanya :
·         Tumor ginjal, tumor kandung kemih
·         Batu, infeksi saluran kemih
5.      Cairan lambung, untuk menentukan adanya :
·         Gastritis acuta atau kronika
·         Keganasan
·         Intestinal metaplasi dari mukosa lambung, yang selalu mendahului perubahan keganasan.
6.      Cairan tubuh lain :
·         Cairan pleura
·         Cairan pericardium
·         Cairan ascites
·         Cairan cerebro spinal
·         Cairan sendi
Untuk menentukan adanya :
·         Tumor primer atau metastatik
·         Peradangan
7.      Apirasi jaringan tumor, untuk menetukan adanya :
·         Tumor
·         Peradangan
8.      Inprint jaringan tumor untuk menentukan adanya  :
·         Tumor
·         Peradangan
9.      Skraping untuk menentukan adanya :
·         Seks kromatin, diambil dari mukosa rongga mulut
·         Status hormonal wanita, diambil dari dinding lateral vagina
·         Keganasan.
Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi diperoleh dengan cara :
  1. Eksfoliasi : sel-sel yang terlepas secara fisiologis misalnya cairan ascites, kerokan kulit, saliva.
  2. Scruffing : kerokan pada lapisan mukosa tertentu sehingga menimbulkan traumatik yang sedikit mungkin, misalnya pap smear, kerokan dinding hidung.
  3. Brushing : berupa bilasan dari rongga tertentu. Misalnya bronchial brushing.
  4. Biopsi jaringan biasa / Fine Niddle Aspiration Bioption (FNAB) : dengan menggunakan jarum diameter 0,5 mm kemudian sel-sel diperiksa lebih lanjut.
Cara pengambilan dan pengiriman bahan pemeriksaan sitologi :
1.      Vagina smear / Pap test
a.       Isilah permintaan formulir dengan lengkap.
b.      Tuliskan nama penderita pada label yang ada.
c.       Sediakan botol atau tempat lain dengan bahan fiksasi ethyl alkohol 95%.
d.      Jangan melakukan vaginal lain sebelum mengambil smear.
e.       Jangan memakai bahan pelicin untuk speculum.
f.       Dengan speculum ambilah smear dengan mempergunakan “Ayre’s scraper”
g.      Buat pulasan yang rata pada obyek glass.
h.      Masukkan segara obyek glass tersebut kedalam bahan fiksasi biarkan paling sedikit selama 30 menit, kemudian keringkan diudara terbuka.
i.        Masukkan slide pada tempat slide yang tersedia, kirimkan dengan amplop yang tersedia bersama dengan formulir permintaan.
j.        Untuk evaluasi status hurmonal, dikerjakan prosedur yang sama, hanya scraping tidak di portio, melainkan pada dinding lateral vagina, dengan syarat tidak ada infeksi serta bila ada pengobatan hormonal telah dihentikan 2 minggu sebelumnya.

2.      Sputum atau dahak :
a.       Pemeriksaan sebaiknya dilakukan 3x berturut-turut dengan jarak 3 hari.
b.      Sputum adalah hasil dari batuk yang dalam, dan berisi bahan yang berasal dari bronchioli dan alveoli.
c.       Penderita diminta untuk batuk yang dalam dan mengumpulkan sputumnya dalam tempat (botol) yang telah disediakan yang berisi bahan fiksasi alcohol 70% kirim ke laboratorium sitologi.
d.      Bila sputum terlampau sedikit,penderita dapat diberi expectoransia selama 3 hari dan diadakan sputum koleksi selama 24 jam dengan fiksasi alcohol 70%.
e.       Untuk tempat-tempat yang jauh, pengiriman dapat dilakukan secara kering ialah dengan jalan membuat sediaan apusan dari sputum yang telah terkumpul pada 3 object glass yng bersih.
Untuk membuat apusan, pilihlah bagian yang mengandung garis darah atau bagian yang padat. Kemudian masukkan dalam alcohol 95% selama 2 jam, keringkan diudara dan dikirim ke laoboratorium Sitologi.

3.      Urine
Urine terbagi
-direct voided  urine = urine langsung
-urine hasil kateter.
a.  Paling sedikt 50 cc urine,fiksasi ethyl alcohol 50% aa- dikirim.
b. Pengiriman kering
c. Urine dengan alcohol 50% aa- centrifuge selama 10 menit, buat sediaan dari endapan pada object glass yang telah diberi albumin dalam alcohol 95% selama setengah jam dan keringkan dalam udara terbua – dikirim.
d. Bila kelainan diduga terletak dalam ureter/ginjal, harus dipakai urine kateter dari ureter.
e. Untuk memperoleh bahan yang reprentatif, bila keadaan memungkinkan,penderita dianjurkan exercise ringan sebelum penampungan urine.

4.      Cairan dari tubuh lain :
a.       Pleural effusion = cairan pleura
b.      Cairan pericardium
c.       Cairan ascites
d.      Cairan cerebrospinal
e.       Cairan sendi
Cairan diatas difiksasi dalam ethyl alcohol 50% dan dikrim ke laboratorium Sitologi.
Untuk memperoleh bahan yang representative, sebaiknya posisi penderita  diubah-ubah  sebelum dilakukan fungsi.

5.      Cairan lambung :
Cara memperoleh ialah dengan gastric lavage, prosedur sebagai berikut :
a. Persiapan penderita
1). Pengobatan dengan antasida, harus dihentikan 24 jam sebelum lavage dilakukan.
2). Makanan malam hari sebelum pemeriksaan sebaiknya cair dan jernih seperti air boullion atau the, susu cream tak diperkenankan.
3). Minum 3 sampai 5 gelas sebelum tidur malam.Puasa pagi hari. Gastric washing ini sebaiknya tidak dilakukan pada hari yang sama dengan pemeriksaan X-ray lambung, oleh karena dapat mengacaukan interprestasi masing-masing. Pada penderita dengan obstruksi pylorus, harus dilakukan lavage beberapa kali sampai cairan aspirasi bersih.
b)   Alat-alat yang diperlukan
a)      Lavin tube
b)      Tabung suntikan 20 cc
c)      Tabung kecil dengan tempat berisi es batu
d)     Ringer solution
e)      chemostrysin
c)   Teknik lavage
a)      Pemeriksaan sebaiknya pagi hari, mengingat penderita harus puasa.
b)      Lavin tube dimasukkan sampai tanda 70 cm. Jangan mempergunakan bahan pelican kecuali glycerin.
c)      Kemudian 500 cc larutkan ringer dimasukkan sedikit demi sedikit dengan mempergunakan alat suntikan kemudian diaspirasi lagi dan dibuang.
Setelah itu 500 cc cairan ringer  dimasukkan sedikit demi sedikit (dapat pula dipakai larutan buffer acetat pada PH 5-6 bila memakai chymotripsin).
Kemudian penderita dirubah posisinya, dimana penderita yang berbaring itu diputar 90º, setiap kali, hingga kembali pada posisi semula. Cairan aspirasi setiap kali harus dimasukkan tabung kecil-kecil yang direndam dalam es.  Pendinginan ini dimaksudkan untuk menghentikan aktivitas enzyme dan dengan demikian menyelamatkan sel-sel terhadap pengaruhnya. Kemudian fiksasi dapat dilakukan dengan penambahan alcohol 95% aa dan kirim ke laboratorium Sitologi.

Pengiriman kering dapat dilakukan sebagai berikut :
Bahan yang diperoleh aspirasi diatas, dicentrifuge dengan kecepatan 15.000/menit selama 15’. Dari bahan endapan dibuat  hapusan pada object glass yang telah diberi albumin. Segera apusan tersebut dimasukkan dalam bahan fiksasi alcohol 95% selama 1 jam, kemudian keringkan dalam udara terbuka dan dikirim ke laboratorium.

6.      Sediaan apus pada rongga mulut
Secara umum dapat dikatakan bahwa sitologi apusan pada rongga mulut merupakan cara yang cukup efektif sebagai evaluasi awal suatu lesi yang mencurigakan pada rongga mulut. Cara ini memang tidak dapat menggantikan biopsy dan tidak dapat digunakan sebagai diagnosa yang definisi dan final. Sitologi usapan lebih berguna sebagai suatu cara screening sejumlah besar pasien yang diduga menderita kanker mulut. Hal ini teritama bila liokasi fasilitas diagnosa lengkap maupun pembedahan. Teknik ini juga berguna untuk mengikuti perkembangan suatu kanker setelah dilakukan radioterapi. Disamping itu juga untuk mendiagnosa kanker mulut, sitologi usapan pada rongga mulut juga berguna dalam mendiagnosa berbagai penyakit virus pada rongga mulut dan oropharynx seperti herpetic stomatitis, herpangina dan herpes zoster. Juga untuk  berbagai penyakit lain seperti pemphigus atau lesi akibat jamur. Walaupun demikian , cara ini tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa beberapa tipe lesi hiperkeratotik, lesi dibawah mukosa mulut yang diduga ganas dan lesi pada bibir dimana terdapat lapisan keratin.

Ø  Teknik pengambilan sediaan
Pada rongga mulut, sediaan didapat dari hasil usapan atau kerokan permukaan mukosa mulut. Alat yang efektif untuk keperluan ini adalah kayu penekan lidah . ujungnya dapat digunakan sebagai kerokan pada lesi yang akan dbuat sediaannya.
Disamping itu alat ini ternyata dapat mengumpulkan jumlah sel yang diperlukan untuk mendiagnosa. Kayu penekan lidah diusapkan sepanjang permukaan lesi sebanyak beberapa kali. Bila permukaan lesi kering, kayu ini dapat dibasahi dulu dengan air atau ludah dari dasar mulut pasien yang bersangkutan. Setelah itu ujung kayu diulaskan pada kaca tersebut. Sediaan ini harus segera difiksasi.
Cara fiksasi adalah dengan memasukkan sediaan tersebut dalam alcohol 70% atau ether alcohol (50/50) selama 15-20 menit.Alcohol dapat juga disiramkan pad sediaan tersebut dan dibiarkan tetap tergenangi selama waktu seperti diatas. Sediaan selalu dianginkan supaya kering dan segera dilakukan pengecatan.

C. Persiapan preparat apus
Bahan yang diambil untuk preparat apus dapat berasal dari berbagai tempat diseluruh tubuh dan sekresinya mempunyai komposisi yang bervariasi. Prostat, mamae dan saluran genital wanita dan dahak mempunyai cairan yang kental dan biasanya mengandung sejumlah sel yang cukup tinggi. Oleh karena itu bahan-bahan ini dapat menyebar secara langsung pada objek glass.
Sebaliknya air seni, cairan bilas saluran pencernaan atau bronchus dan eksudat dan bahan lainnya lebih encer serta mengandung sedikit sel. Biasanya terhadap bahan-bahan ini perlu dilakukan centrifuge (pemusingan) dalam waktu tertentu sehingga tampak endapan dengan cairan yang jernih.
Kemudian cairan ini secara hati-hati dibuang. Endapannya dipisahkan ke objek glass dengan pipet atau alat yang serupa kemudian dilakukan apusan dengan menggunakan salah satu sisi objek glass yang lain.
Cairan yang kental tadi biasanya cepat melekat pada objek glass oleh karena mengandung mukus atau protein. Bahan yang lebih encer mempergunakan suatu cara yang lain yaitu melapisi permukaan objek glass dengan albumin agar sel-sel dapat melekat dengan baik. Cara ini mengurangi bahaya sel terlepas selama tahapan pengecatan dan resiko kontaminasi dari bahan lain.
Dua sampai tiga tetes albumin dapat ditambahakan pada bahan sebelum sebelum pemusangin atau dicampur dengan endapan. Ioni dilakukan terutama untuk apusan air seni yang juga membantu untuk memperkuat perlekatan sel-sel dengan objek glass.
Setiap sediaan, baik yang berasal dari sediaan langsung maupun hasil pemusingan haruslah mempunyai hasil yang baik untuk dapat dilihat dibawah mikroskop.

D.    Fiksasi untuk bahan pemeriksaan sitologi
Untuk memeriksa struktur sel dengan jelas dan dengan perubahan yang minimal perlu suatu proses yang disebut sebagai fiksasi. Bahan fiksasi ini akan mengeraskan sel sehingga tahan terhadap berbagai reagen yang akan diberikan dan merubah susunan protein degenerasi yang disebabkan oleh aktivitas bakteri.
Terdapat beberapa metode fiksasi yang dapat digunakan, akan tetapi yang dipakai tergantung dari jenis bahan, pemeriksaan yang diperlukan, tehnik pengecatan yang digunakan.
Metode yang ditemukan oleh Papaniculaou untuk keperluan sitologi eksfoliatif sangat mudah. Metode ini efektif oleh karena penetrasi yang cepat dari sel oleh fiksasi yaitu larutan eter dan etil alkohol 95% dalam volume yang sama. Jika bahan yang segar difiksasi dengan segera perubahan sel akan minimal. Selanjutnya komposisi bahan fiksasi ini digunakan untuk pengecatan Papaniculaou.
Segera setelah bahan siap, celupkan bahan tersebut tanpa dikeringkan kedalam larutan eter alkohol sampai akan dilakukan pengecatan. Sebelum difiksasi sediaan tidak boleh kering oleh karena dapat menyebabkan kerusakan sel dan hilangnya afinitas untuk pewarnaan.
Untuk fiksasi sel diperlukan wakti 15 menit akan tetapi bagi sediaan yang cenderung lepas akan lebih melekat apabila dicelupkan dalam fiksasi selama 1 jam lebih. Apabila bahan yang digunakan dari dahak dan cairan yang akan difiksasi dengan larutan eter  alkohol terlebih dahulu dicampur dengan alkohol segera setelah diletakkan pada objek glass untuk difiksasi awal kemudian dikirim ke laboratorium.
Seandainya sediaan yang dibuat dari bermacam-macam bahan tersebut terlambat dikirimkan ke laboratorium atau dalam proses pembuatan kadang-kadang lama, pendinginan perlu dilakukan.

E.     Tahapan pengecatan
Pada tahun 1942, Papaniculaou menemukan cara mewarnai sediaan apus  vagina, kemudian dengan sedikit perubahan teknik ini dipakai untuk berbagai macam sediaan sitologi. Walaupun cara pengambilan bahan dan persiapannya berbeda-beda ditiap laboratorium akan tetapi prinsip dasarnya sama.
Pertimbangan utama pemilihan teknik ini adalah :
1.      Akan mewarnai inti sel dengan jelas yang berguna untuk melihat struktur inti apabila terdapat kemungkinan keganasan.
2.      Pewarna banding yang akan menimbulkan warna pada sitoplasma, sehingga warna inti lebih kontras.
3.      Warna yang cerah dari sitoplasma akan memungkinkan untuk melihat sel-sel lain dibawahnya yang kadang-kadang bertumpuk atau berkelompok.

Yang digunakan untuk mewarnai inti adalah Harris Hematoxylin. Chromatin dan membran inti akan berwarna biru tua sampai ungu, sedangkan anak inti berwarna merah, merah muda atau orange.
Preparat hematoxylin ini bisa saja diganti untuk dapat memberikan warna seperti yang diinginkan. Harris hematoxylin adalah preparat yang sangat mudah dibuat dan siap dalam waktu 24 jam.
Terdapat 2 pewarna banding yang baik untuk dipakai :
a.       Orange G (Papaniculaou formula OG-6)
Mewarnai sitoplasma menjadi kuning atau orange jika ada keratin. Sel yang mengandung keratin dapat bersifat jinak atau ganas biasanya sel-sel banyak mengandung keratin sehingga sitoplasmanya akan tampak bercorak, warna orange berkilat kontras dengan warna inti yang gelap. Sel-sel tersebut akan tampak nyata dibandingkan sel-sel lainnya pada sediaan.
b.      EA-50
                  Warna polikhromasi yang mengandung larutan eosin alkohol, light green dan Bismark brown. Formula untuk pewarnaan polikhromasi aslinya ditemukan oleh Papaniculaou untuk apus vagina, ditulis dengan kode EA-36. Preparat komersil EA-50 dibuat dengan formula tadi kecuali pada pelarutnya dan dapat digunakan bergantian dengan EA-36.
EA-36 mengandung “less light green”, kadang-kadang ini digunakan untuk sediaan non ginekologi, terutama apabila sediaannya tebal dan menyerap terlalu banyak warna hijau. Formula-formiula yang dibuat diatas dapat digunakan pada berbagai jenis sediaan.
Sel-sel yang mempunyai sitoplasma yang asidofil memperlihatkan afinitas terhadap eosin yang bersifat asam, sel-sel tersebut mengambil bayangan merah muda sampai kuning. Sel yang mempunyai sitoplasma basofil akan berwarna biru pucat atau biru kehijauan oleh light green (warna basa). Kebanyakan sel-sel epitel gepeng berlapis yang superfisial akan bersifat asidofilik sementara yang lainnya lebih asidofil.
Berbagai faktor anatara lain pengeringan, pH cairan, tebal apusan dapat merubah reaksi pewarnaan, oleh karena itu untuk kriteria identifikasi morfologi sel lebih penting daripada warna sitoplasma.

Pemeriksaan sediaan
Harris hematoxylin ( larutan stock)
      Hematoxylin                                       5 gram
      Etil alkohol                                          50 cc
      Alumunium dan amonium sulfat        100 gram
      Air destilata                                        1000 cc
Mercuric oxida (yellow) USP             2,5 gram
Larutan hematoxylin dalam alkohol, larutkan alumunium dan amonium sulfat dalam air dan dipanaskan. Tambahkan larutan hematoxylin dan terus dipanaskan . tambahkan larutan hematoxylin dan terus dipanaskan sampai titik didih. Angkat dari api dan tambahkan mercuric  oxida dengan segera. Aduk sampai larutan berwarna ungu tua kemudian celupkan tempatnya kedalam air dingin dengan agar cepat dingin. Setelah dingin saringlah kedalam botol gelap dan diamkan kurang lebih 24 jam.

Larutan pewarna hematoxylin untuk teknik I :
      Encerkan larutan stock dengan air destilasi dengan volume yang sama untuk keperluan tahapan pengecatan. Simpan ditempat yang gelap dan ditutup rapat apabila tidak digunakan. Saring sebelim dipakai.

PEWARNA BANDING
Formula OG-6 dan EA terdiri dari larutan alcohol 95%. Apabila orange G light dan Bismarck Brown (bubuk) tidak bisa larut dalam alcohol 95% maka siapkan larutan aquadest dan encerkan dengan alcohol.

OG-6
Siapkan 10% larutan orange G, gunakan aquadest kemudian siapkan untuk 2 hari.
Larutan OG-6 terdiri dari “
      Orange G, 10% aq. Sol.                                  50 cc
      Etil akohol 95%                                              950 cc
      Phospotungstic acid, C.P.                   0,15 gram
Simpan ditempat gelap dan tutup rapat. Saring sebelum dipakai.

EA-36
1.   Buat larutan seperti dibawah ini dengan menggunakan aquadest :
2%       Light Green S.F., yellowfish
10%     Bismarck Brown Y
Diamkan selama 2 hari.

2.   Pembuatan larutan stok alkohol :
A.  Light Green 0,1% :
Larutan light green 2%                       50cc
Larutan etil alkohol 95%                     950cc
B.  Bismarck Brown 0,5% :
Larutan Bismarck Brown 10%           5cc
Larutan etil alkohol 95%                     95cc
C.  Eosin 0,5% :
Eosin E, larut dalam air dan alkohol   5gram
Larutan etil alkohol     95%                 1000cc

3.   Pembuatan Larutan Pewarna ES-36;
Larutan stok alkohol A                             450cc
Larutan stok alkohol B                             100cc
Larutan stok alkohol C                             450cc
Phongphostungtic acid, C.P                     2gram
Larutan lithium carbonate, C.P.                10tetes
Campur dengan baik dan simpan ditempat dan tutup rapat. Saring sebelum dipakai.

EA-65
Menggunakan larutan light green 2%
A.  Menggunakan larutan light green 0,05% dalam alkohol :
Larutan light green S.F. Yellowfish   25cc
Larutan etil alkohol                             975cc

B. Pembuatan larutan pewarna EA-65 :
Larutan stok alkohol D                       450cc
Larutan stok alkohol C                       100cc
Phongphostungtic Acid, C.P.             6gramL

LARUTAN LAINNYA YANG DIPERLUKAN
1.   Celloidin dalam etil alkohol 0,5%
Larutkan 5 gram celloidin dalam 10cc eter dan 95% alkohol, dalam volume yang sama. Diamkan 1 malam sebelum dipakai. Larutan ini harus disimpan dalam botol yang tertutup rapat, bila terkena udara dan kelembaban akan mengeras.
2.   HCl dalam arutan air 0,25%
3.   Ammonium hidroksida dalam alkohol 70% sebanyak 1,5%
4.   Aquades
5.   Etil alkohol, 50%, 70%, 80%, 95%, 100%
6.   Campurkan dalam volume yang sama etil alkohol 100% dan xylol.
7.   Xylol
8.   Mounting medium (netral dan tidak berwarna)

TEKNIK PEGECATAN
Terdapat 2 teknik pengecatan :
1.   Teknik ini berdasarkan metode Papanicolaou. Hematoxylin digunakan secara regresif akan tampak sel-sel lebih terang kemudian dipucatkan oleh asam HCl lemah agar dapat tampak warna inti yang jelas dan untuk membuang sisa warna dari sitoplasma. Air kran menetralkan asam dan menjadikan inti biru tua.
2.   Sediaan diwarnai dalam waktu yang singkat dengan hematoxylin kuat, sehingga inti dapat dibedakan dan dipucatkan oleh ammonia. Metode ini terutama baik digunakan untuk pewarnaan urin dan lambung yang mempunyai kecenderungan akan terhapus jika ditempatkan pada air mengalir. Apabila apusan tebal diwarnai dengan teknik ini, sitoplasma akan menahan hematoxilin dan merusak efek pewarna banding.

Langkah 1 dan 2 dari teknik pewarnaan dianjurkan untuk bahan-bahan non ginekologi sebagai pelindung sediaan.
Langkah ini tidak penting bagi sediaan ginekologi dan dapat langsung saja dilakukan langkah ke-3.

CARA  PENGECATAN
cara 1 :
1.   Pindahkan sediaan dari eter alkohol tanpa pengeringan kedalam tempat yang berisi alkohol 95%
2.   Masukkan kedalam larutan 0,5% celloidin dalam eter alkohol selama 2 menit
3.   Masukkan dalam etil alkohol 80%, 6-8 celupan atau 10-15 detik
4.   Masukkan kedalam etil alkohol 70%, 6-8 celupan atau 10-15 detik
5.   Masukkan kedalam etil alkohol 50%, 6-8 celupan atau 10-15 detik
6.   Masukkan kedalam larutan aquadest 6-8 celupan atau 10-15 detik
7.   Masukkan kedalam larutan Harris hematoxylin yang diencerkan dengan aquadest dalam volume yang sama selama 6 menit.
8.   Masukkan kedalam aquadest, cuci di 2 tempat untuk menghilangkan sisa warna.
9.   Masukkan kedalam larutan HCl 0,25%, 6 celupan.
10. Dibilas pada air kran yang mengalir selama 6 menit.
11. Masukkan dalam larutan etil alkohol 50%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
12. Masukkan dalam larutan etil alkohol 70%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
13. Masukkan dalam larutan etil alkohol 80%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
14. Masukkan dalam larutan etil alkohol 95%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
15. Masukkan dalam larutan OG-6 selama 1,5 menit.
16. Masukkan dalam larutan etil alkohol 95%, cuci dalam 2 tempat akan tetapi tidak boleh dicelupkan dalam alkohol tersebut.
17. Masukkan dalam larutan EA-36 (EA-50 atau EA-65 bisa bergantian) selama 1,5 menit.
18. Masukkan kedalam larutan etil 95%, cuci dalam 3 tempat dan jangan dicelupkan.
19. Masukkan kedalam larutan etil alkohol 100%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
20. Masukkan dalam larutan etil alkohol 100% dan xylol dalam volume yang sama, 6-8 celupan atau 10-15 detik
21. Masukkan dalam larutan xylol 6-8 celupan atau 10-15 detik.
22. Masukkan dalam larutan xylol 6-8 celupan atau 10-15 detik.
23. Masukkan dalam larutan xylol.
24. Tutup objek glass.

Cara II :
1,2,3,4,5,6, sama dengan teknik I.
7. Warnai dalam waktu ¾ menit pada Harris hematoxylin stok yang telah diencerkan dan ditambah dengan 4cc glacial acetic acid per 100 cc pewarna.
8. Cuci dalam 3 tempat aquadest.
9. Masukkan kedalam larutan etil alkohol 50%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
10. Masukkan kedalam larutan ammonium hidroksida 1,5% dalam alkohol 70%, 1 menit.
11. Masukkan kedalam larutan etil alkohol 70%, 6-8 celupan atau 10-15 detik
12. Sama dengan tahap 1.
13. Masukkan kedalam larutan etil alkohol 80%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
14. Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 95% 6-8 celupan atau 10-15 detik.
15. Masukkan ke dalam larutan OG-6 selama 1 seperempat menit.
16. Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 95%, cuci secara perlahan dalam dua tempat dan jangan direndamkan.
17. Masukkan dalam larutan EA-65 selama 3 menit.
18. Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 95%, cuci dalam 3 tempat dan jangan direndam.
19. Tahap 19, 20, 21, 22, 23, 24 saama dengan tahap pada teknik pengecatan I.

Untuk kegunaan pada teknik pengecatan I, jika air kran (tahap 10) tidak bersih atau hangat, lithium carbonate lemah (3 tetes aq. Sl. Lithium carbonate per 100 cc aquadest) dapat menggantikannya. Cuci sediaan pada cairan aquadest setelah tahap 9. Letakkan dalam lithium carbonate selama 1 menit, cuci lagi dalam aquadest kemudian ke tahap 11 (sebelas).


Tahapan yang biasa dilakukan di laboratorium/ instalasi Patologi Anatomi

Cara pengecatan :
1.      Pindahkan sediaan dari eter alcohol tanpa pengeringan ke dalam tempat yang berisi alcohol 95%.
2.      Masukkan ke dalam larutan 0,5% celloidin dalam eter alcohol selama 2 menit.
3.      Masukkan ke dalam etil alcohol 80%, 10 celupan.
4.      Masukkan ke dalam etil alcohol 70%, 10 celupan.
5.      Masukkan ke dalam etil alcohol 50%, 10 celupan.
6.      Masukkan ke dalam larutan aquadest 10 celupan.
7.      Masukkan kedalam larutan Harris hematoxylin yang diencerkan dengan aquadest dalam volume yang sama selama 6 menit.
8.      Masukkan ke dalam aquadest, cuci di 2 tempat untuk menghilangkan sisa warna smapai bersih di air mengalir.
9.      Masukkan ke dalam larutan HCl 0,25% 6 celupan.
10.  Dibilas pada air kran yang mengalir selama 10 celupan.
11.  Masukkan ke dalam lithium 10 celupan, cuci lagi dengan air 10 celupan.
12.  Masukkan dalam larutan etil alcohol 50% 10 celupan.
13.  Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 70% 10 celupan.
14.  Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 80% 10 celupan.
15.  Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 95% 10 celupan.
16.  Masukkan ke dalam larutan OG-6 selama 3 menit.
17.  Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 95%, cuci dalam 2 tempat 10 celupan, akan tetapi tidak boleh direndam dalam alcohol tersebut.
18.  Masukkan dalam larutan EA-36, (EA-50) atau EA-65 bisa bergantian selama 3 menit.
19.  Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 95%, cuci dalam 2 tempat dan dikocok 10 celupan.
20.  Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 100%, celupkan atau hapus dengan kertas serap, untuk menghilangkan alcohol.
21.  Masukkan dalam larutan xylol 3 menit.
22.  Tutup objek glass dengan deck glass.


F.     Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan sitologi
1.      Cross Kontaminasi
            Selama pengecatan diusahakan jangan terjadi cross kontaminasi. Alat-alat yang digunakan untuk memindahkan dahak atau sedimen ke objek glass harus selalu dibersihkan sebelum dipakai kembali. Sel-sel yang terlepas selama pengecatan sering menempel pada sediaan lain, untuk menghindarinya pada waktu mencelupkan ke setiap larutan hrus secara hati-hati. Kontaminasi dari pipet yang menyentuh bahan sediaan pada waktu mounting, dapat terjadi apabila pada waktu meneteskan bahan mounting dilakukan di depanjang sediaan.
2.      Pemeliharaan Larutan Pewarna.
Apabila tidak dipakai pewarna harus selalu ditutup rapat dan di dalam botol yang gelap untuk mencegah penguapan dan luntur. Juga harus sering diperkuat dengan menambahkan larutan yang tidak diencerkan dapat dilakukan.
3.      Pemasangan Kaca Penutup
Pada waktu pemasangan kaca penutup objek glass cairan xylol yang terlebih dahulu harus dibuang karena dapat terjadi rongga-rongga udara pada waktu xylol menguap. Supaya kaca melekat dengan erat dapat dilakukan pemanasan di tempat penghangat atau oven dengan temperature 37°.
4.      Antiseptik.
Bahan cairan dan dahak ahrus ditangani dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi kepada teknisi.
Alat pembawa bahan dan alat-alat yang digunakan untuk membuat preparat apus, harus dicuci dengan antiseptic. Ruangan tempat bekerja harus selalu bersih dan sediakan lap kertaas atau Koran agar mudah dibuang.

5.      Identifikasi Bahan.
Yang tak kalah pentingnyan adalah memberi tanda pada setiap sediaan yang diterima termasuk pemberian tanda identifikasi pada setiap alat yang dipakai selam pembuatan sediaan.

G.    Teknik Sitologi Tambahan
Selain teknik yang telah dibicarakan ini beberapa alternative cara membuat sediaan telah ada. Di bawah ini akan dapat dilihat beberapa alternative :
1.      Fiksasi.
·         Penggunaan ether kadang-kadang tidak amankarena mudah        terbakar, penggantinya adalah alcohol 95%.
·         Etil alcohol mungkin terlalu mahal atau susah dicari, penngantinya dapat digunakan methyl isopropyl atau preparat komersil yang mengandung alcohol 95%.
Perlu diperhatikan apabila sputum difiksasi dengan isopropyl alcohol akan mengeras dan susah dibuat preparat apus.
·         Sediaan yang difiksasi dengan aseton 95% lebih mudah dan murah, juga berguna untuk pengiriman asalakn dikeringkan setelah difiksasi.
·         Diaphone dan bahan fiksasi komersil lainnya yang dapat dipakai untuk keperluan pengiriman.

Sediaan dapat dikirim dengan menggunakan teknik glicerine.
Setelah fiksasi biasa dengan ether alcohol, tambahkan 2-3 tetes glicerine pada sediaan basah, kemudian tutup dengan kaca penutup. Apabila sampai di laboratorium rendam lagi dalam ether alcohol untuk melepaskan penutup.
Catatan : Jika etil alcohol tidak digunakan sebagai fiksatif atau untuk mencuci dan dehidrasi sediaan pada tahapan pengecatan, kadang-kadang reaksi pengecatan akan berubah, sehingga modifikasi dalam waktu perlu dilakukan.

2.      Pemisaan sel dari bahan jaringan
·         Millipore filtration.
·         Flotation technique untuk mengisolasi sel tumor di dalam darah atau cairan berdarah.

3.         Pengecatan.
·         Fluorescent technique.





BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel . Diagnostik sitologi adalah ilmu penilaian (interpretasi) dari sel yang berasal tubuh manusia, baik yang berasal dari sel yang terlepas (exfoliated) dari permukaan epitel atau yang diambil dari beberapa tempat dengan cara tertentu. Metode pengecatan yang digunakan adalah Papaniculaou. Metode ini efektif oleh karena penetrasi yang cepat dari sel oleh fiksasi yaitu larutan eter dan etil alkohol 95% dalam volume yang sama.
B.     Saran
Sebaiknya tahapan demi tahapan dalam pemeriksaan sitologi dilakukan dengan benar dan sesuai prosedur agar didapatkan preparat yang baik atau representative.






DAFTAR PUSTAKA

1.      Prof. Dr. Mukawi, Tanwir Y. 1989. Teknik Pengelolaan Sediaan Histopatologi dan Sitologi. Bandung : FKUI.
2.      http://potooloodental.blog.com/?p=109 diunduh 22 Oktober 2011 pukul 14.00 WIB
3.      http://n1nt1.blogspot.com/2010/12/teknik-pembuatan-sediaan-pemeriksaan.html diunduh 22 Oktober 2011 pukul 14.00 WIB